Rabu, 06 Maret 2013

Budidaya Ayam Broiler

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Ayam ras pedaging disebut juga  broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia
Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama. Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup.

2.      Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
a.       Mengetahui jenis ayam broiler yang ada di pasaran
b.      Mengetahui cara pembudidayaan ayam broiler
c.       Mengetahui penyakit dan hama pada ayam broiler
d.      Mengetahui prospek usaha ayam broiler
e.       Mengetahui analisa ekonomi budiddaya ayam broiler

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Jenis Ayam broiler
Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.

2.      Persyaratan Lokasi
1) Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2) Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3) Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan keperluan lain selain untuk usaha peternakan.

3.      Teknis Budidaya
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan),  breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan).
A.      Penyiapan sarana dan Persiapan
1.        Perkandangan
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35  derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa. dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yangpenting kuat, bersih  dan tahan lama.
2.        Peralatan
a. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
b. Indukan atau brooder
Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.
c. Tempat bertengger (bila perlu)
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
d. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus


e. Alat-alat rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.
B.       Pembibitan
Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
b) pertumbuhan dan perkembangannya normal
c) ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.
d) tidak ada lekatan tinja di duburnya.

1.        Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari:
a. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f. Tidak ada letakan tinja diduburnya.
2.        Perawatan Bibit dan Calon Induk
Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan.
C.      Pemeliharaan
1.  Pemberian Pakan dan Minuman
Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
·         kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
·         kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
b. Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
·         kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
·         kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
·         Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
2  Pemeliharaan Kandang
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup.
Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.




D.    Hama dan Penyakit
1. Penyakit
1) Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.  Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
2) Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.  Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
2. Hama
1) Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibasngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.  Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.
E.        PENYIMPANAN VAKSIN
·         Vaksin harus disimpan dalam lemari es dengan suhu 2-8˚C (bukan freezer), terhindar dari panas dan sinar matahari langsung.
·         Apabila hendak mengangkut vaksin ke suatu tempat, vaksin harus ditempatkan pada wadah yang memiliki daya isolasi cukup baik terhadap suhu luar (misal: termos atau sterofoam box), dengan diberi es batu di dalamnya.

F.        KONDISI YANG HARUS DIPERHATIKAN
·         enis dan dosis vaksin harus tepat, vaksin belum kadaluwarsa.
·         Pastikan ayam yang akan divaksin dalam kondisi sehat.
·         Jangan melakukan kegiatan vaksinasi pada saat suhu udara terlalu panas (maks. 29˚C).
·         Gunakan wadah yang berbahan dasar plastik, hindari wadah yang terbuat dari logam.
·         Air yang digunakan harus segar, pH 6.5–7.5, bebas klorin dan desinfektan.
·         Cuci tempat vaksin dan alat vaksinasi dengan air biasa, tanpa klorin atau desinfektan.
·         vaksinator harus terlatih, tata cara dan prosedur vaksinasi harus diikuti dengan benar.
·         Segera berikan multivitamin setelah vaksinasi untuk mengurangi dampak stress.

G.         VAKSINASI MELALUI AIR MINUM
·         Hentikan pemakaian klorin dan desinfektan air minum 24 jam sebelum vaksinasi.
·         Puasakan ayam 1-2 jam sebelum vaksinasi (suhu lebih dari 30˚C sebaiknya 1 jam saja).
·         Siapkan air, susu skim, dan vaksin dengan jumlah yang telah ditentukan. Jumlah air yang digunakan adalah sejumlah air yang habis diminum ayam selama 1-2 jam.
·         Karena setiap 1.000 ekor ayam membutuhkan 1 liter air untuk setiap umur, maka dapat digunakan rumusan sbb:


                                       Jumlah air  =   Populasi/1000   x  Umur ayam
                          
·         Setelah jumlah air ditentukan, masukkan susu skim 2 gram per liter air. Untuk daerah beriklim panas disarankan ditambah es batu.
·         Untuk daerah yang kualitas airnya kurang bagus, disarankan untuk meningkatkan dosis susu skim dan/atau merebus air yang akan digunakan untuk vaksinasi.
·         Keluarkan dan campurkan vaksin ke dalam air yang telah disiapkan. Aduk hingga rata dan segera tuang ke tempat minum yang telah disediakan.
·         Agar pembagian vaksin merata, maka harus dihitung jumlah larutan vaksin yang harus dituangkan di setiap tempat minum (kontrol distribusi vaksin).
·         Botol dan tutup botol bekas vaksin harus dibakar atau direndam dalam desinfektan.
     Jumlah air (liter)                           =  Air di setiap tempat minum
     Jumlah tempat minum (buah)


H.        VAKSINASI TETES
·         Yang perlu diperhatikan pada saat vaksinasi tetes adalah proses penetesan ke dalam mata haruslah tepat, dan vaksin harus terserap sempurna ke dalam kelopak mata. Jangan terburu-buru melepaskan ayam jika tetesan belum terserap sempurna.
·         Hindari penjaringan ayam yang terlalu banyak (maksimal 200 ekor sekali jaring), agar ayam tidak mengalami stres terlalu lama saat menunggu vaksinasi.
·         Untuk menghindari turunnya efektifitas vaksin, sebaiknya larutan vaksin dibagi kedalam beberapa alat penetes sesuai dengan jumlah vaksinator (setelah dilarutkan, vaksin harus habis dalam 30 menit).



I.         VAKSINASI SUNTIK
·         Sebelum melakukan vaksinasi cek dulu fungsi injektor. Lakukan uji coba dengan air,   jika rusak atau tidak lancar jangan digunakan. Jika kotor cuci dengan air panas.
·         vaksin yang keluar dari kulkas/refrigerator sebaiknya ditunggu beberapa saat sampai suhunya mendekati suhu ruangan.
·         Sebelum atau saat melakukan kegiatan vaksinasi, sesering mungkin botol vaksin dikocok untuk menghindari pengendapan komponen vaksin.


UMUR
(HARI)
VAKSIN DAN OBAT
APLIKASI
Alt 1
Alt 2
Alt 3
Alt 4
1–3
Antibiotik
Antibiotik
Antibiotik
Antibiotik
DW
3–5
ND Lasota
ND Lasota
ND Lasota
ND Lasota
Tetes
ND Lasota + IB
ND Lasota + IB
ND Lasota + IB
ND Lasota + IB
Tetes
ND Viscerotropic
ND Viscerotropic
ND Viscerotropic
ND Viscerotropic
Spray
-
-
ND Killed
ND Killed
SC
7
-
IBD Intermediate
-
IBD Intermediate
DW
12–14
IBD Intermediate
IBD Intermediate
IBD Intermediate
IBD Intermediate
DW
18–21
ND Lasota
ND Lasota
ND Lasota
ND Lasota
DW


 J.         BIOSECURITY
·         Idealnya kandang berjarak minimal 1 km dari perkampungan atau kandang lainnya.
·         Ada pagar yang mengelilingi kandang untuk mencegah masuknya pengunjung atau hewan liar yang tidak diinginkan.
·         Ada jalan penghubung di dalam kandang untuk mengangkut segala kebutuhan ayam, agar petugas kandang tidak melewati sembarang tempat.
·         Bangunan kandang didesain agar burung liar dan binatang pengerat tidak dapat masuk.
·         Sumber air yang tertutup dan dilakukan pemeriksaan kualitas air secara rutin.
·         Hindari penumpukan peralatan yang tidak terpakai, kotoran, sisa pakan, dan sampah lainnya di sekitar area kandang.
·         Idealnya 15 m sekeliling kandang dilakukan pembersihan rumput dan semak secara rutin agar tidak menjadi sarang penyakit.
·         Batasi jumlah orang yang masuk ke dalam lokasi kandang.
·         Penyemprotan desinfektan dan/atau pencelupan kaki harus selalu dilakukan pada setiap orang yang keluar masuk kandang.
·         Pengawas harus melakukan kontrol dari kandang ayam paling muda ke kandang ayam yang lebih tua pada hari yang sama.
·         Semua peralatan yang keluar masuk area kandang harus sudah melalui proses sanitasi.
·         Istirahat kandang minimal 2 minggu (kandang dalam keadaan sudah bersih).
·         Lakukan program pembasmian serangga dan tikus secara rutin.


PEMBUATAN LARUTAN KLORIN
1 kg kaporit 65% (bubuk) dilarutkan dalam 72 liter air, diaduk kemudian didiamkan selama 24 jam sampai mengendap. Ambil bagian larutan yang bening untuk dicampurkan ke dalam air minum, dengan takaran sbb:
Larutan Kaporit (ml)
Air Minum (liter)
Konsentrasi
1 ml
5 ml
10 ml
10 liter
10 liter
10 liter
1 ppm
5 ppm
10 ppm
Hindari kondisi yang dapat mengurangi efektifitas klorin, antara lain: panas, sinar matahari, lumut, lendir, dsb. Wadah harus tertutup rapat untuk menghindari penguapan.
               
PEMBUATAN LARUTAN DESINFEKTAN       
Desinfektan
Dosis
Keterangan
Fumigasi

21 ml formalin 37%
21 ml air
17 gram PK
Fumigasi 1 m3 ruangan.
Desinfeksi saat transfer
pakan dan fumigasi sekam.
Formalin 2%
1 liter formalin 37%
19 liter air
Desinfeksi saat transfer
pakan dan sanitasi kandang.
BKC 10%
2 ml : 1 liter air
6 ml : 1 liter air
Foot dipping.
Desinfeksi peralatan.
Klorin

5 ppm
10 ppm
Desinfeksi air minum.
Desinf. instalasi air minum.

           
FCR   =    Total konsumsi pakan
Total berat hidup

IP = {(100 – total % deplesi) x Rata-rata berat badan x 100}
(FCR x Rata-rata usia panen)                         










K. Panen
1. Hasil Utama
Untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam
2. Hasil Tambahan
Usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam.
L. Pascapanen
1. Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)
2. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.
3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7-54,4 derajat C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.
4. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah.
5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.


M.  Analisa Ekonomi Budidaya
1.Analisis Usaha Budidaya
Dasar perhitungan biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dalam analisis ini, antara lain adalah:
a) jenis ayam yang dipelihara adalah jenis ayam ras pedaging (broiler) dari strain CP.707.
b) sistem pemeliharaan yang diterapkan dengan cara intensif pada kandang model postal
c) luas tanah yang digunakan yaitu 200 m2  dengan nilai harga sewa tanah dalam 1 ha/tahun adalah Rp 1.000.000,-.
d) kandang terbuat dari kerangka bambu, lantai tanah, dinding terbuat dari bilah-bilah bambu denga alas dinding setinggi 30 cm, terbuat dari batu bata yang plester dan atap menggunakan genting.
e) ukuran kandang, yaitu tinggi bagian tepinya 2,5 m, lebar kandang 5 m dan lebar bagian tepi kandang 1,5 m.
f) lokasi peternakan dekat dengan sumber air dan listrik.
h) penerangan dengan lampu listrik.
i) umur ayam yaitu dimulai dari bibit yang berumur 1 hari
j) litter/alas kandang menggunakan sekam padi.
k) jenis pakan yang diberikan adalah BR-1 untuk anak ayam umur 0-4 minggu dan BR-2 untuk umur 4-6 minggu.
l) tingkat kematian ayam diasumsikan 6%.
m)lama masa pemeliharaan yaitu 6 minggu (42 hari).
n) berat rata-rata per ekor ayam diasumsikan 1,75 kg berat hidup pada saat panen.
o. harga ayam per kg berat hidup, yaitu diasumsikan Rp 25000,-,
p) ayam dijual pada umur 6 mingu atau 42 hari.
q) nilai pupuk kandang yaitu Rp 60.000,-.
s) nilai penyusutan kandang diperhitungkan dengan kekuatan masa pakai 6 tahun dan nilai penyusutan peralatan diperhitungkan dengan masa pakai 5 tahun.
t) perhitungan analisis biaya ini hanya diperhitungkan sebagai Pedoman dasar, karena nilai/harga sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan.
Adapun rincian biaya produksi dan modal usaha tani adalah sebagai berikut :
1) Biaya prasarana produksi
a. Sewa tanah 200 m2 @ 2 bln         Rp. 2.000.000,-
b. Kandang ukuran 20 x 5 m
- Bambu 180 batang @ Rp 1250,     Rp.   225.000,-
- Semen 4 zak @ Rp 7000,               Rp.     28.000,-
- Kapur 30 zak @ Rp 6000,              Rp.     18.000,-
- Genting 2600 bh @ Rp 90,            Rp.   234.000,-
- Paku reng 5 kg @ Rp 2000,           Rp.     10.000,-
- Paku usuk 7000 kg @ Rp 1800,     Rp.     12.600,-
- Batu bata 1000 buah @ Rp 55,      Rp.     55.000,-
- Pasir 1 truk                                      Rp.   230.000,-
- Tali 28 meter @ Rp 5000,              Rp.     14.000,-
- Tenaga kerja                                    Rp.   400.000,-
c. Peralatan
- Tempat pakan 28 bh @ Rp 5000,   Rp.   140.000,-
- Tempat minum 32 bh @ Rp 3880, Rp.   124.000,-
- Sekop 1 bh                                      Rp.       7.000,-
- Ember 2 bh @ Rp 2000,                 Rp.       4.000,-
- Tong bak air 1 bh                            Rp.     15.000,-
- Ciduk 2 bh @ Rp 5000,                 Rp.     10.000,-
- Thermometer 1 bh                           Rp.     20.000,-
- Brooder (gasolec) 1 bh                   Rp.     15.000,-
- Tali 120m @Rp. 500                      Rp.     60.000,-
Jumlah biaya prasarana produksi      Rp. 3.621.000,-
2) Biaya sarana produksi
a. Bibit DOC 1000 bh @ Rp 5000,-                         Rp. 5.000.000,-

b. Pakan dan obat-obatan
- BR-1 31 zak (0-4 minggu) @Rp 36.000,   Rp. 1.116.000,-
- BR-2 34 zak (4-6 mingu) @ Rp 34.000,    Rp. 1.156.000,-
- obat-obatan @ Rp 150,-/ekor                     Rp.    150.000,-
c. tenaga kerja 1,5 bln @ Rp 105.000,-        Rp.    157.500,-
d. Lain-lain                                                    Rp.     10.000,-
- sekam padi 1 truk @Rp 60.000,-                Rp.     60.000,-
- karung goni bekas 32 @ Rp 300,-              Rp.       2.400,-
- pemakaian listrik selama 0-6 minggu          Rp.       7.000,-
Jumlah biaya produksi                                  Rp. 3.548.900,-

3) Biaya produksi
a. Sewa tanah 200 m2 @ 2 bln                     Rp.      2.000.000,-
b. Kandang                                                   Rp.      1.226.600,-
c. Peralatan                                                    Rp          395.000,-
c. Bibit DOC 1000 ekor                                Rp.      5.000.000,-
d. Pakan dan obat-obatan                             Rp.      2.422.000,-
e. Tenaga kerja                                              Rp.         157.500,-
f. lain-lain                                                      Rp.         104.400,-
Jumlah biaya produksi                                  Rp.    11.304.900

4) Pendapatan
a. Total pendapatan 1000 @ 94% x 1kg  x  Rp 25.000,-
= Rp.23. 500.000,-
                           5) Keuntungan
                           Pendapatan – Pengeluaran = Rp. 23.500.000 – Rp. 11.304.000
                                                                      = Rp. 12.196.000
BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Ayam ras pedaging disebut juga  broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam.
Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett,Missouri,Hubbard,
Teknik pembudidayaan meliputi penyiapan sarana dan prasarana, pembibitan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, dan panen.
2.      Saran
Perlunya melakukan manajemen teknik pembudidayaan ayam pedaging yang benar akan meningkatkan kualitas produksi ayam pedaging, yang akan menguntungkan peternak itu sendiri.
Semoga makalah ini bisa dijadikan sebagai salah satu refrensi oleh peternak ayam pedaging dalam melakukan budidaya ayam broiler,dan bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Peternakan UniversitasKanjuruhanMalang.